Jealousy

Cemburu.

Adalah hal yang baru bagiku.

Sebelumnya, aku tak pernah merasa ingin memiliki sesuatu seutuhnya hanya untuk diriku sendiri.

Biasanya aku adalah orang yang dengan senang hati berbagi.

Namun tidak kali ini.

Aku tidak rela berbagi senyum itu dengan orang lain.

Aku tidak rela berbagi suara lembut itu dengan siapapun.

Aku bahkan tidak rela air matanya dilihat oleh orang lain.

Dia harus jadi milikku saja, atau tidak sama sekali.

Orang bilang itu posesif.

Ada yang bilang ini cinta.

Dia bilang aku tak punya rasa percaya.

Bagiku ini menyakitkan.

Aku tak yakin ini bakal berakhir baik.

Aku tak yakin ini bakal ada akhirnya.

Aku juga tak tahu apa penyebabnya.

Dia tidak kelihatan begitu istimewa.

Aku juga tidak tergila-gila kepadanya.

Tapi kenapa aku jadi begini?

Apa aku egois?

Aku tak ingin berbagi perhatiannya dengan siapapun.

Aku tak ingin berbagi waktunya dengan siapapun.

Aku tak ingin berbagi dirinya dengan siapapun.

Tapi aku tak ingin kebebasanku hilang.

Katakan padaku,

Apa aku tidak dewasa?

Apa keinginanku tak sehat?

Kupikir juga begitu.

Tapi susah sekali mengendalikan keinginan itu  begitu memilikinya.

Keinginan itu bagaikan setan rupawan yang menari-nari di pangkuanku.

Menahan kedua tanganku untuk tak merengkuh pinggangnya sungguh terasa melelahkan.

Saat ini aku bertahan dengan akal sehatku untuk tidak menuruti keinginan itu.

Namun aku tak tahu, seberapa kuat aku bisa menahan.

Merpati yang dipegang terlalu rapat akan mati karena sayapnya remuk.

Cinta yang digenggam terlalu kuat akan berubah menjadi penjara yang menyesakkan.

Jika kita memutuskan mengambil resiko dan tetap melakukannya, apa kita siap menanggungnya saat tak tersisa apapun lagi untuk satu sama lain?

Bagaimanapun harapan kita, tiada yang abadi di dunia ini.

Apakah kita sudah siap, bila segala hasrat hilang, dan perasaan memudar?

Satu hal yang pasti,

kita selalu punya pilihan untuk sekedar menjalani dan menikmatinya…(^0^)/

Cemburu.

Daripada mengatakannya sebagai hal yang wajar, aku lebih bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang tak bisa kita hindari.

Bagian dari kualitas manusiawi kita yang tak pernah benar-benar bisa lepas dari masa kanak-kanak.

Setiap dari kita memiliki kelemahan di dalam diri.

Cinta mempengaruhi kita begitu kuat, sehingga saat itu diuji, sisi lemah diri kita yang tersembunyi jauh di dalam meraung keluar, melakukan perlawanan.

Layaknya anak kecil yang tak sudi berbagi kesenangannya.

Sekuat itulah cinta mempengaruhi kita, membuat orang dewasa kembali menjadi anak kecil.

Begitu rapuh dan tak tahu apa yang tepat untuk dilakukan, namun begitu bersikeras mempertahankan apa yang disukai.

Lawan manusia dalam hidup bukan hanya orang lain, lawan terhebat justru berasal dari dalam diri masing-masing. 

Menurutku, itu bisa disyukuri.\(^0^)/

Karena pengalaman seperti itulah yang menempa hati kita untuk menjadi lebih kuat.

11 thoughts on “Jealousy

  1. Bagus. Ada “kebaruan ide”. Cara penyampaian juga ok. Tapi soal substansi; cemburu itu menguasai, dan seringkali itu bertolak belakang dari cinta yang membebaskan. Cinta yang sejati bisa mentolerir segala sesuatu, termasuk pengkhianatan, dan perpisahan. Orang yang masih khawatir dengan pengkhinatan dan perpisahan tidak bisa sungguh mencintai.

    Like

  2. yach memang seringkali kita merasa cemburu (wajar dong ….), kan cemburu katanya cinta … tapi kalo kita lebih dalami arti cinta itu sendiri (cinta sejati) adalah siap menerima dan berbagi dalam bentuk apapun tanpa adanya rasa was was takut kehilangan atau yang sejenisnya. Jadi kalo kita sudah berani memutuskan dialah “cintaku” berarti bersiaplah menerima apapun (resiko) bakal terjadi

    Like

    1. Ini kutulis buat seorang teman yang baru saja mengajariku sudut pandang tentang perasaan semacam ini (^0^)/.
      Kaga OD lah Jay, kalo OD ga mungkin sanggup nulis malahan hahahahahaha. GBU n thank you for your comment (^0^)/

      Like

    1. Ho yah? padahal ini aku jadi bisa nulis gara2 dengerin curhat temenku yang namanya tak boleh disebut-sebut bahkan sekedar untuk ‘dedicated to…’
      hahahahahaha. Cuma kalau dia curhatnya dulu-dulu aku pasti ga sanggup memahami, tapi sekarang aku sanggup berempati padanya. Btw, ‘Heart of a Nut’ filosofinya bukan itu lah, maksud dr nama blog ini adalah: jika kau buka mata dan hatimu, bahkan hal sekecil, setidak penting dan se-umum sebutir kacang sekalipun punya makna (^0^)/. Gitu loh brooo (^0^)/ thanks for your comment.

      Like

Leave a reply to Reza A.A Wattimena Cancel reply